Dalam sebuah pepatah cina kuno disebutkan “Perjalanan ribuan mil selalu dimulai dengan langkah pertama”. Hidup adalah tentang proses yang dilalui secara perlahan. Karenanya, ketika memulai sebuah pembelajaran kepada muridnya, seorang guru biasanya akan memulai dengan menerangkan ilmu-ilmu dasar dari yang akan dipelajari atau diberi sugesti bahwa hal yang akan mempelajari merupakan sesuatu yang mudah dan sudah dipelajari sebelumnya sehingga tidak membebani pikiran sang murid ketika belajar.
Misalnya, ketika seseorang ingin belajar ilmu komputer, murid akan diberi pemahaman bahwa untuk menguasai ilmu komputer hanya memerlukan pengetahuan tentang operasi matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Ketika seseorang ingin menjadi pemain sepak bola, maka akan diberikan pemahaman bahwa hal utama dari bermain sepak bola adalah kemampuan melakukan passing dan kontrol bola. Begitu pula ketika belajar Islam, pemahaman yang akan diberikan pertama kali pastilah tentang Rukun Iman dan Rukun Islam.
Dalam Al-Quran, seringkali disebutkan perintah salat yang digandeng dengan zakat. Para ulama banyak menafsirkan bahwa penggandengan kata salat dengan zakat mewakili bentuk ibadah vertikal dan horizontal. Artinya, salat sebagai ibadah spesial seorang hamba kepada Allah tidak bisa terlepas dari keharusan untuk peduli pada kondisi masyarakat sekitarnya.
Dalam sepak bola, hal yang menyebalkan dari tim adalah ketika adanya seorang senang bermain sendiri. Karena merasa memiliki kemampuan diatas rata-rata, ia malas untuk melakukannya kepada rekan satu timnya. Padahal passing adalah hal yang penting dalam sepak bola. Dalam Islam pun, sering kali tingkat kesadaran untuk berzakat lebih rendah daripada kesadaran untuk menunaikan salat. Karena, umat Islam yang baik adalah mereka yang senantiasa memposisikan secara beriringan antara individual dengan ibadah sosial.
Ketika seseorang telah menjalankan kedua bentuk ibadah tersebut dengan baik apakah itu sudah cukup untuk menjadi seorang mukmin? Jawabannya adalah, belum cukup. Seseorang yang memiliki kemampuan passing dan kontrol bola yang baik mungkin sudah bisa bermain sepak bola, tapi belum tentu ia mampu bermain di level kompetisi tertinggi. Jika kita membandingkan seorang Lionel Messi dengan pemain dari Liga Indonesia misalnya, keduanya tentu sama-sama memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol bola yang baik, tetapi tentu level kontrol Messi jauh lebih hebat dari pemain dari Liga Indonesia tersebut.
Pada awal surah Al-Mu’minun, kata salat dengan zakat yang biasanya bergandengan ditulis secara terpisah. Selain salat dan zakat pun, disebutkan pula bahwa untuk menjadi seorang mukmin yang mendapatkan keberuntungan di akhirat seseorang memiliki kriteria lain seperti khusyuk dalam salat, meninggalkan hal-hal yang tidak berguna, menjadi orang amanah, dll.
Bruce Lee pernah berkata “Saya tidak gentar terhadap orang yang melatih 10.000 kali tendangan dalam sekali waktu, tetapi saya lebih gentar terhadap orang yang melatih satu tendangan selama 10.000 waktu”. Walaupun berada di dalam level yang berbeda, pemain di Liga Amatir dengan Ronaldo adalah sama-sama seorang pesepakbola. Bentuk latihan yang mereka lakukan pun mungkin tidak jauh berbeda. Akan tetapi, tentu ada perbedaan yang dilakukan oleh Ronaldo untuk menjadi seseorang yang luar biasa, menurut kesaksian para pemain yang pernah satu tim dengannya, Ronaldo adalah seorang pekerja keras yang selalu datang pertama dan pulang terakhir saat berlatih. Dari hal tersebut dapat dipahami mengapa Ronaldo bisa memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, hasil yang didapatkan olehnya berbanding lurus dengan usahanya untuk mencapai level tersebut. Seseorang yang mampu menunaikan salat dengan zakat mungkin sudah bisa disebut sebagai seorang hamba yang baik. Namun, untuk menjadi seorang mukmin yang beruntung sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, diperlukan aspek-aspek lain juga yang harus ditunaikan olehnya. Sehingga usaha yang dikeluarkan olehnya harus lebih ekstra dari biasanya.
Misalnya, ketika seseorang ingin belajar ilmu komputer, murid akan diberi pemahaman bahwa untuk menguasai ilmu komputer hanya memerlukan pengetahuan tentang operasi matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Ketika seseorang ingin menjadi pemain sepak bola, maka akan diberikan pemahaman bahwa hal utama dari bermain sepak bola adalah kemampuan melakukan passing dan kontrol bola. Begitu pula ketika belajar Islam, pemahaman yang akan diberikan pertama kali pastilah tentang Rukun Iman dan Rukun Islam.
Dalam Al-Quran, seringkali disebutkan perintah salat yang digandeng dengan zakat. Para ulama banyak menafsirkan bahwa penggandengan kata salat dengan zakat mewakili bentuk ibadah vertikal dan horizontal. Artinya, salat sebagai ibadah spesial seorang hamba kepada Allah tidak bisa terlepas dari keharusan untuk peduli pada kondisi masyarakat sekitarnya.
Dalam sepak bola, hal yang menyebalkan dari tim adalah ketika adanya seorang senang bermain sendiri. Karena merasa memiliki kemampuan diatas rata-rata, ia malas untuk melakukannya kepada rekan satu timnya. Padahal passing adalah hal yang penting dalam sepak bola. Dalam Islam pun, sering kali tingkat kesadaran untuk berzakat lebih rendah daripada kesadaran untuk menunaikan salat. Karena, umat Islam yang baik adalah mereka yang senantiasa memposisikan secara beriringan antara individual dengan ibadah sosial.
Ketika seseorang telah menjalankan kedua bentuk ibadah tersebut dengan baik apakah itu sudah cukup untuk menjadi seorang mukmin? Jawabannya adalah, belum cukup. Seseorang yang memiliki kemampuan passing dan kontrol bola yang baik mungkin sudah bisa bermain sepak bola, tapi belum tentu ia mampu bermain di level kompetisi tertinggi. Jika kita membandingkan seorang Lionel Messi dengan pemain dari Liga Indonesia misalnya, keduanya tentu sama-sama memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol bola yang baik, tetapi tentu level kontrol Messi jauh lebih hebat dari pemain dari Liga Indonesia tersebut.
Pada awal surah Al-Mu’minun, kata salat dengan zakat yang biasanya bergandengan ditulis secara terpisah. Selain salat dan zakat pun, disebutkan pula bahwa untuk menjadi seorang mukmin yang mendapatkan keberuntungan di akhirat seseorang memiliki kriteria lain seperti khusyuk dalam salat, meninggalkan hal-hal yang tidak berguna, menjadi orang amanah, dll.
Bruce Lee pernah berkata “Saya tidak gentar terhadap orang yang melatih 10.000 kali tendangan dalam sekali waktu, tetapi saya lebih gentar terhadap orang yang melatih satu tendangan selama 10.000 waktu”. Walaupun berada di dalam level yang berbeda, pemain di Liga Amatir dengan Ronaldo adalah sama-sama seorang pesepakbola. Bentuk latihan yang mereka lakukan pun mungkin tidak jauh berbeda. Akan tetapi, tentu ada perbedaan yang dilakukan oleh Ronaldo untuk menjadi seseorang yang luar biasa, menurut kesaksian para pemain yang pernah satu tim dengannya, Ronaldo adalah seorang pekerja keras yang selalu datang pertama dan pulang terakhir saat berlatih. Dari hal tersebut dapat dipahami mengapa Ronaldo bisa memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, hasil yang didapatkan olehnya berbanding lurus dengan usahanya untuk mencapai level tersebut. Seseorang yang mampu menunaikan salat dengan zakat mungkin sudah bisa disebut sebagai seorang hamba yang baik. Namun, untuk menjadi seorang mukmin yang beruntung sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, diperlukan aspek-aspek lain juga yang harus ditunaikan olehnya. Sehingga usaha yang dikeluarkan olehnya harus lebih ekstra dari biasanya.
Komentar
Posting Komentar